Inilah 14 Alasan Orang Tasikmalaya Berebut Jadi PNS: Gajinya Sekarang Gede, Kerjanya Santai

TASIKMALAYA, JURNALPriangan.com: Jumlah pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Setiap tahunnya membludak. Badan Kepegawaian Nasional (BKN) melaporkan, jumlah pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2019 mencapai 5.056.585 pelamar. Sedangkan menurut

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Tasikmalaya tercatat jumlah CPNC pendaftar mencapai 10.976.

Entin Khotimah pelamar CPNS asal Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya mengungkapkan PNS masih jadi profesi pavorit. Sebab jadi PNS itu merupkan gengsi tersendiri. Selain kerjanya tidak terlalu ketat, gaji PNS sekarang udah naik, banyak tunjangan,” katanya.

Inilah 14 Alasan Kenapa warga Tasikmalaya Berminat Jadi PNS

1. KERJA SANTAI

Sudah bukan rahasia umum lagi PNS kerjanya santai. Datanglah ke kantor-kantor pemerintah. Suasana sangat santai. PNS sibuk baca koran, main catur, ngobrol, ngopi. Kalau pun di depan komputer paling main games. Ada beberapa PNS yang memang bekerja, tapi tidak sengoyo di swasta.

2. KERJA ADMINISTRATIF

PNS itu sama dengan pegawai administrasi pemerintah. Kerjanya pun tak lepas dari urusan administrasi: buat surat, masukkan data, mengurus surat-surat untuk penduduk. Kerja administrasi yang sudah punya prosedur standar, juklak, juknis, tidak membutuhkan pemikiran yang berat-berat.

3. TANPA TARGET

Beda dengan di swasta, PNS bekerja nyaris tanpa target. Deadline tidak ada. Mengurus KTP, misalnya, bisa dua hari jadi, tapi bisa meleset sampai 10 hari, 20 hari, bisa dua bulan. Si PNS cenderung merasa tak punya beban untuk menggarap pekerjaannya secara cepat dan tepat.

4. TIDAK STRES

Karena tanpa target, tanpa tekanan, PNS tidak stres. Hidup tidak dikejar-kejar waktu. Ancaman pemecatan pun nyaris tidak ada. Tidak heran, usia rata-rata PNS jauh lebih panjang ketimbang karyawan swasta.

5. SULIT DIPECAT

Seburuk apa pun kinerja PNS, dia dilindungi undang-undang kepegawaian, peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan bupati, dan sebagainya. Ini membuat PNS sulit dipecat meski jelas-jelas salah dan bodoh. Ada beberapa tahapan sanksi. PNS yang terlambat masuk setelah cuti Lebaran, misalnya, tidak pernah dipecat. Paling hanya digeser ke samping (mutasi).

6. GAJI DAN PANGKAT SELALU NAIK

Perusahaan swasta tidak selalu untung. Banyak yang bangkrut, tutup, karyawan di-PHK massal. Di PNS mana ada negara atau kabupaten bangkrut? Sejelek-jeleknya kinerja keuangan, gaji pokok PNS selalu naik setiap tahun. Belum tunjangan macam-macam.

Presiden, gubernur, bupati selalu menjadikan kenaikan gaji sebagai alat politik untuk mempertahankan kekuasaan. Wakil rakyat di DPR pusat maupun daerah pun selalu mendorong kenaikan gaji. Pangkat/golongan naik otomatis secara berkala kecuali si PNS melakukan pelanggaran berat.

7. KARIER DILINDUNGI PANGKAT

Birokrasi punya mekanisme luar biasa untuk melindungi jenjang karier PNS. Jabatan ini harus didudki eselon sekian. Kepala sekolah harus golongan ini, pangkat ini. Maka, karier PNS selalu naik, atau mandek, tapi tidak bisa melorot. Kalau kepala daerah melengserkan si PNS, ada mekanisme gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara.

Karena mekanisme ini, banyak PNS eselon atas terpaksa nonjob atau “menganggur” karena tidak cocok dengan bupati atau wali kota. Mau dilengserkan tidak bisa, eselonnya ketinggian. Mau dipakai susah karena kinerja jelek dan tidak bisa diajak kerja sama.

8. PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA

Ini yang paling disukai orang Indonesia dari PNS. Perusahaan swasta sewaktu-waktu bangkrut, PNS tak mungkin bangkrut. Sampai kapan pun negara tetap ada, bukan?

9. LIBUR DAN CUTI BANYAK

Kerja lima hari. Cuti bersama Lebaran PNS sangat panjang. Belum cuti perorangan. Tanggal-tanggal merah di kalender itu sebetulnya sengaja dibuat pemerintah untuk mengatur hari libur PNS. Tanggal merah bisa digeser hanya agar PNS bisa berlibur lama-lama. Toh, pekerjaannya tanpa target dan tenggat waktu.

PNS yang liburnya paling panjang adalah guru dan dosen. Ketika liburan sekolah yang dua minggu, satu bulan, si PNS pendidikan pun ikut libur. Kalau mau jujur, Jumat itu sebetulnya bukan lagi hari kerja efektif. PNS berolahraga bersama, ngopi, santai, lalu pulang. Senin masuk lagi dan seterusnya.

10. SIMBOL STATUS

PNS masih menjadi simbol status di masyarakat. PNS punya gengsi yang tinggi, khususnya di luar Jawa. Orang tua di kampung-kampung lebih suka punya mantu PNS ketimbang katakanlah wartawan, pelukis, atau buruh pabrik Maspion. Apalagi, si PNS itu punya eselon tinggi.

11. BISA NYEPER

Selama ini para PNS mengeluh penghasilan sedikit. Tapi, sudah jadi rahasia umum, PNS-PNS ini suka nyeper. Agar cepat mengurus KTP, bayar sekian sama Pak Anu. Mau bikin paspor sehari jadi, cukup hubungi Kang Korup. Supaya izin ini cepat dan mulus, datangi saja Mas Gombal. Dan seterusnya. Ini ceperan yang jelas-jelas bikin ekonomi biaya tinggi.

Tapi banyak pula PNS menekuni kerja sambilan yang halal. Karena beban kerjanya longgar, bisa pulang cepat, si PNS bisa membuka bisnis kecil-kecilan di rumah. Menjual air galonan, pracangan, agen obat alternatif, dan sebagainya.

Ingat jaksa Urip Tri Gunawan yang ditangkap KPK di Jakarta? Si Urip yang PNS ini mengaku berbinis permata dengan si Ayin yang menyuap Rp 6 miliar. Macam-macamlah usaha sampingan PNS ini, termasuk berjualan togel alias judi gelap. Hehehe….

12. FASILITAS RUMAH

Di mana-mana ada perumahan dinas untuk PNS departemen A, departemen B, dan seterusnya. Di luar Jawa, PNS disediakan rumah layak di kompleks khusus.

Guru-guru yang PNS di luar Jawa, khususnya NTT, disediakan rumah dan fasilitas lain. Kalaupun tidak dapat rumah dinas, ada fasilitas kredit pemilikan rumah yang mempermudah si PNS beroleh rumah pribadi. Ada juga koperasi PNS yang membantu menyediakan rumah, kendaraan bermotor, dan sebagainya. Wuenaaak tenan!

13. LEBIH RELIGIUS

Karena punya banyak waktu, hidup tidak ngoyo, tak ada tekanan kerja, kehidupan beragama si PNS [agama apa saja] lebih teratur. Sejak dulu saya perhatikan bahwa PNS-PNS i. Jadi ketua lingkungan, ketua stasi, ketua wilayah, panitia ziarah,

14. LONCATAN POLITIK

Ini untuk PNS yang eselonnya tinggi macam kepala-kepala dinas, kepala bagian, dan sebagainya. Sejak ada pemilihan bupati/wali kota secara langsung, para PNS papan atas ini banyak “dilamar” [atau “melamar?] partai politik agar maju pilkada. Mereka dianggap tahu seluk-beluk PNS berikut berbagai sisi positif negatifnya. Kalau tidak jadi bupati/wali kota, biasanya PNS eselon tinggi ini jadi orang kedua. (edi kusnadi s)